KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN SEKULER
Secara bahasa istilah sekularisme berasal dari kata saeculum yang memiliki dua dimensi, yang pertama adalah dimensi ruang dengan pengertian di sini dan yang kedua adalah dimensi waktu dengan pengertian saat ini. Sekularisme memiliki pandangan akan kehidupan yang didasari akan pandangan di sini dan saat ini.
Secara makna sekularisme memiliki pandangan akan kehidupan yang memisahkan antara dunia dan akhirat, agama dan negara, akal dan wahyu, materi dan immateri, rasional dan irrasional. Sekularisme menjadi paham yang melihat sebuah realitas secara parsial dan menafikan segala sesuatu yang tidak bisa diterima secara rasional dan logis.
Ilmu sekuler mengaku diri sebagai objektif, value free bebas dari kepentingan lainnya. Tetapi, ternyata bahwa ilmu telah melampaui dirinya sendiri. Ilmu yang semula adalah ciptaan manusia telah menjadi penguasa atas manusia. Ilmu menggantikan kedudukan wahyu Tuhan sebagai petunjuk kehidupan. Sekularisme muncul karena klaim yang berlebih-lebihan dari ilmu. Juga muncul karena antroposentrisme dan diferensiasi filsafat. Dunia yang sekuler diramalkan oleh ilmu sebagai masa depan manusia. Kalau dahulu antroposentrisme dan diferensiasi terbatas dalam ilmu dan perilaku, sekarang ini sekularisme telah menjadi aliran pemikiran menggantikan keyakinan agama. Seluruh kehidupan menjadi spiritualitas dan menjadi kesadaran kosmis. Sekularisme adalah eskatologi manusia modern.
Perkembangan ilmu sangat pesat, terlihat dengan bermunculan cabang-cabangnya. Kondisi ini didukung oleh gerakan spesialisasi bidang-bidang kajian. Pada dasarnya perkembangan cabang-cabang ilmu bermula dari dua kelompok besar, yaitu filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam dan non ilmu-ilmun alam.
a. Ilmu-Ilmu Alam
Dalam perkembangannya, ilmu alam dibedakan dalam katagori ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu hayat. Pada dasarnya ilmu alam diarahkan untuk mengkaji tentang zat yang membentuk alam semesta. Pada perkembangannya, ilmu alam berkembang menjadi cabang-cabang seperti fisika, yang mempelajari masa dan energi, astronomi, yang mempelajari benda-benda langit dan ilmu-ilmu bumi yang mempelajari bumi semesta atau the earth science. Seiring dengan perkembangan ilmu maka kemudian tiap cabang ilmu juga berkembang lebih luas, misalnya ilmu fisika berkembang menjadi ratanting keilmuan seperti mekanika, hidrodinamika, bunyi, cahaya, panas, dan lainnya yang bermuara dalam rumpun keilmuan ilmu-ilmu murni.
b. Non Ilmu–Ilmu Alam
1. Ilmu-ilmu sosial
Perkembangan ilmu sosial ternyata tidak secepat ilmu alam. Ilmu sosial berkembang dalam beberapa cabang keilmuan, seperti antropologi, psikologi, ekonomi, sosiologi, ilmu politik dan lain sebagainya. Setiap cabang ilmu sosial kemudian berkembang lagi, misalnya antropologi yang terpecah menjadi arkeologi, antropologi fisik, linguistik, etnologi, dan lain sebagainya. Beberapa ilmu ini berkembang dari ilmu sosial terapan yang merupakan aplikasi berbagai konsep ilmu sosial murni sampai pada suatu bidang telaahan sosial tertentu. Pendidikan dan menejemen, misalnya merupakan ilmu sosial terapan yang aplikasikan konsep-konsep psikologi, antropologi, dan sosiologi.
2. Ilmu-ilmu humaniora
Humaniora adalah suatu cabang ilmu yang bertujuan mencapai kemanusiaan sesungguhnya, lebih berbudaya, atau dalam istilah budi darma, humaniora adalah ilmu yang mengacu pada hati nurani. Dalam pengertian klasik, humaniora adalah ilmu bahasa dan sastra latin dan Yunani. Secara luas, sekarang humaniora meliputi ilmu agama, filsafat, bahasa, sastra, seni, sejarah, dan hukum.
Landasan epistemologi humaniora dapat diciran dari:
a.Ciri khas: kekhasan humaniora terletak dalam objek dan subjek matter.
b.Cara menerangkan: humaniora memahami, memaknai, mengerti, menafsirkan dunia dalam manusia dan tidak menerangkan.
c.Objektivitas: humaniora tidak pernah mengklaim sebagai ilmu yang value free sepenuhnya, sebab setiap pemaknaan selalu melibatkan pemaknaannya.
d.Kualitas: manusia mempunyai free will dan kesadaran, karena itu, ia bukan benda yang sudah ditentukan oleh hukum-hukum.
e.Validitas: Validitas humaniora terletak dalam keabsahan sumbernya, yaitu tanda yang berupa kata-kata, isyarat, fakta, peristiwa, dan mind-affectedstructure.
Kamis, 28 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar